Minggu, 27 Februari 2011

Book Report

1. Karakteristik Buku

a. Judul Buku : Kisah Sukses Pembisnis Muslimah Indonesia ( Ummu Hamas )

b. Nama Penulis : Multitama Communication

c. Penerbit : Pustaka Al Kautsar

d. Tahun Terbit : Juli 2005

2. Isi Pokok Buku

Ummu Hamas yang mendapat julukan The Best Marketing Dannis, pada saat terjun di perusahaan Dannis dan sebagai anggota DPR II di Surabaya.

Ummu Hamas dilahirkan di Bengkulu pada 6 juli 1968, dari keluarga terpandang di daerahnya. Ayahnya seorang imam masjid dan tokoh agama. Nilai agama yang ditanamkan sejak dini oleh sang Ayah. Tak heran pada masa kanak-kanak Ummu Hamas sudah bisa menjadi Qori’. Darah kepemimpinan dari sang Ayahnya, ia warisi. Ini terbukti dari ia sering mendapatkan amanah dari organisasinya, dari mulai menjadi Ketua Osis sewaktu SMA dan UKM di kampusnya. Prestasi akademiknya pun diraihnya dengan cemerlang.

Saat lulus kuliah ia menikah dengan Amin Ak MM. Saat mempunyai anak pertama naluri untuk berbisnis mulai berkembang walaupun belum pernah ada hasil yang cukup signitifikan. Ketika berjualan majalah, kue terus gagal dan ia pun berfikir mungkin dagang bukan bakatnya. Dan dari orang tuanya pun, ia dilarang untuk berdagang.

Awal ia bergabung dengan Toko Dannis, saat ia membelikan baju muslim untuk anaknya dan tidak ada yang cocok, terus ia ditawari oleh temannya untuk membeli baju di Dannis. Dan ia pun mulai menjadi langganan di took Dannis. Sehingga tanpa ia ketahui, suaminya menawarkan pada pimpinan Dannis bahwa istrinya itu punya banyak link. Karena memang Ummu Hamas suka menjadi pemateri di seminar-seminar juga sebagai ustadzah.

Dan pertama kalinya ia membawa dagangannya pada saat ia mengisi seminar, dagangannya laku terjual. Dan setiap acara-acara ia menjual dagangannya, dan rsepon dari ibu-ibu dibilang luar biasa. Satu hal yang kemudian berusaha diterapkan olehnya yaitu total pada aktivitas yang ia jalani. Bukan kemudian ‘all out’ pada aktivitas yang mengharuskannya selalu berada disana, namun lebih pada pemikiran untuk memajukkan usahanya. Dan modalnya ia minta pada sang suami, yang kemudian modal itu berputar dan 3 bulan berikutnya ia bisa menjual 15.000 potong, yaitu sekita Rp 700.000 setahun. Mulai dari itu, banyak orang yang memberikan modal padanya. Satu hal yang membuat mereka menanamkan modal padanya, Karena uang yang mereka investasikan bisa kembali denagn keuntungan lebih besar daripada deposito bank. Dan tidak sedikit pula dari mereka menyarankan untuk membuat produk sendiri, menilai jangkauan pasarnya yang sudah luas.

Tidak sedkit kontribusi yang ia berikan untuk perkembangan Dannis. Salah satunya adalah dalam hal periklanan, menurutnya periklanan tidak bisa lepas dari usaha, walaupun awalnya ada yang tidak sepakat tetapi ia tetap mengiklankan produk Dannis di salah satu majalah islami, dan setelah iklan itu tersebar penjualan Dannis meningkat tiga kali lipat.

Pengalaman bisnis yang berkesan baginya adalah saat ia ditawarkan oleh salah satu EO untuk mengikutkan Dannis ketingkat internasional, dan singapuralah yang pertama kali mengenal produk Dannis. Dan saat di singapura Dannis terjual habis hanya dalam waktu singkat. Dari singapura akhirnya Dannis bisa mencoba terbang ke berbagai Negara lainnya, dan kesuksesan stand Dannis di event lainnya adalah di Malaysia, Brunei Darusalam, dan Australia karena dianggap cukup prospek. Namun dari setiap tawaran, tidak semua di ikutinya apalagi pada moment idul fitri stok Dannis terjual habis hanya di Indonesia saja.

Kiat jitu marketing baginya, saat ia berkomunikasi dengan para buyer non muslim, tentu tidak semudah dengan sesame muslim. Untuk beberapa hal, mungkin masih bisa dimaklumi. Namun, ada nilai yang berusaha ia tekankan ketika bertemu dengan para buyer yang rata-rata non muslim yaitu tidak merokok dan minuman keras dalam pertemuan. Walau begitu mereka tidak keberatan dan menghargai sosok Ummu Hamas. Yang jelas banyak berkah yang ia dapatkan, dan ia yakin bahwa muslimah bisa menggeluti bisnis seperti dirinya. Upaya yang dibutuhkan adalah sedikit belajar dan keberanian, itulah yang ia terapkan pada agen-agennya mulai dari pembinaan samapai menguasai modal dan memasarkan.

Gagal adalah perkara yang lumrah baginya, kegagalan yang pernah ia alami antara lain ketika ia didemo sewaktu menjabat sebagai ketua tingkat. Namun saat ia tahu bahwa yang berdemo adalah anak-anak nakal, hal itu bisa diatasi. Dalam bisnis ia pernah berganti buyer selama 3 kali, dan pernah pula uangnya dibawa lari oleh orang. Tapi ia tak pernah untuk dendam tetapi ia berusaha menjalin silaturahim dengan orang yang pernah menagmbil atau membawa lari uangnya. Dengan banyaknya kegagalan yang dialami disitulah talenta komunikasinya orang pun semakin terasah. Dengan cara pandang positif, ia mampu melalui kegagalan denagan ringan. kiatnya adalah bagaimana ia mengemas hubungan kekeluargaan menjadi hubungan dakwah.

Dan ia pun ditawarkan untuk mengelola modal orang lain pun mulai deras. Ketika ada yang mempunyai lahan untuk dikembangkan olehnya, dengan latar belakang pendidikannya maka iapun membangun sebuah PGTK islam, yang sekarang sudah mempunayi cabang di batu, malang. Walaupun diperingatkan bahwa bisnis sekolah tidak begitu menguntungkan, namun menurutnya justru inilah keuntungan yang sesungguhnya. Menurutnya bisnis akheratlah yang akan kelak mendapat balasan dari Allah SWT. Dan terbukti usahanya tidak sia-sia, mahasiswa yang belajar di PGTK sudah dibooking oleh sekolah PGTK yang ia bangun.

3. Model Proses Kewirausahaan

Sudah menjadi penilaian bagi orang Bengkulu yang merupakan kota industry mempunyai anggapan bahwa pekerjaan yang pas adalah pegawai negeri, sedangkan yang lainnya bukan dianggap suatu pekerjaan. Begitupun pola pikir kedua orang tuanya yang menginginkan ia menjadi seorang guru.

Tidak ada penyiapan dari kedua orang tuanya untuk menekuni dunia bisnis. Namun sosoknya berbeda denagn saudara-saudaranya. Ketika ia masuk kelas 3 SD, ia mewarisi bakat bisnis neneknya yang kebetulan tinggal serumah dengannya. Hal ini dilihat saat neneknyapergi kesuatu daerah, maka neneknya membawakan jagung marning yang kemudian dijual olehnya.

Begitulah hingga pemilik toko pun salut dengan etos kerjanya. Ketika masuk SMP, ia sudah tahu dunia remaja. Berkali-kali ia berjualan empe-empe yang dibuat oleh neneknya. Hingga waktu kuliah ia berjualan nastar, saat ada pengajian-pengajian. Walaupun terkadang orang yang membeli karena belas kasihan. Saat orang tuanya mengetahui ia berjualan ia diomelin oleh orang tuanya, tetapi ia tidak kapok dengan omelan-omelan orang tuanya, ia justru masih terus saja dengan usahanya mempertebal kantong. Kue nastar tetap dibuatnya bersama sang nenek walaupun harus dengan sembunyi-sembunyi dan menjajakannya ke pasar dan dibelakang rumah neneknya.

4. Kesimpulan

Setiap muslimah bukan lagi berkeluh kesah dan bergantung pada orang lain. Bahkan seharusnya menjadi pribadi yang mandiri, dan mampu menjadi pelindung bagi orang banyak. Walaupun hanya berpenghasilan sedikit, hal itu sudah merupakan bentuk kemandirian. Asal mau menggali potensi, kreatif, dan selalu berfikir, maka banyak hal yang dilakukan muslimah. Walaupun tidak mendapat dukungan dari orang tua, asal kita mau berusaha mencari dukungan dari yang lain, walaupun pada dasarnya dukungan yang terkuat itu adalah dorongan dari diri sendiri.

“Kehidupan adalah guru sekolah yang paling memberikan kesan” sebuah ungkapan tepat yang dimaknai dengan benar dalam menjalankan hidup. Menurut ummu hamas hanya sekian persen universitas itu memberikan sebuah ilmu kepada kita, setidaknya memiliki kemampuan untuk berfikir lebih dari orang lain. Namun menurut ummu hamas, harus ada cara pandang yang berubah terhadap hal ini yaitu dengan tidak menjadikan masuk perguruan tinggi itu sebuah prestasi. Kehidupan sebenarnya adalah setelah kuliah, yang apabila seseorang mampu melaluinya dengan baik, maka itulah yang disebut prestasi.

Dengan kemandirian maka muslimah akan banyak berbuat lebih untuk masyarakat, keluarga, anak-anak, dan dihadapan Allah SWT kelak. Amin

Tidak ada komentar: