Jumat, 19 Agustus 2011

CERPEN Antara Rinduku dan CintaMu

Kerinduan ini begitu membuatku merasa sesak untuk bernafas, kerinduan yang membuatku tanpa sadar menangis, kerinduan ini yang membuatku merasa kehidupan ini tidak adil bagiku, kerinduan ini yang membuatku merasa lelah.

Bukankah bulan ini, adalah bulan mulia, bulan yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang begitu cinta akan Penciptnya, keyakinan pada yang Maha Pengampun. Semua orang menyambut dengan berbagai macam cara mereka, ya dengan berbagai macam cara. Lalu bagaimana aku? Sampai detik-detik menuju bulan mulia itupun, aku hanya masih termenung, termenung akan keadaanku. Masihkah aku disebut hambaNya? sedangkan dibulan penuh ampunan ini aku masih menyalahkan keadaan, bahkan aku sampai sempat menyalahkanMu.

Sungguh ya Rabbi, keadaan ini membuatku terasa sesak, Engkau memanggil orang yang ku cintai, orang yang satu-satunya mendampingiku, di bumiMu Rabbi. Kau memanggilnya saat beberapa hari menjelang bulan mulia ini, bulan yang kurindukan. Aku tidak membenciMu saat Kau memanggil Ayahku, padahal aku belum sempat mengingat wajahnya, tapi kali ini Kau memanggil seseorang yang mempertaruhkan jiwa dan raganya saat melahirkan ku keduniaMu. aku merasa sendiri, sendiri dalam relung kehampaan.

***

Dulu aku tidak pernah menyalahkan keadaan, bahkan saat aku sahur dengan ibuku hanya ditemani dengan lampu tempel, dan beberapa lauk-pauk yang disisakan dari jualan keliling untuk berbuka. Tapi aku merasakan kebahagiaan itu, merasakan kehangatan itu, dengan senyumnya ia selalu mengatakan “lihatlah, Allah selalu adil pada hambanya, Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, maka bersyukurlah apa yang kita dapat hari ini, maka Allah akan menambah rizqi pada orang-orang yang bersyukur”, sambil mengusap kerudungku.

Setiap sore kami berkeliling kampung untuk menjual makanan kecil kami, saat melewati anak-anak kecil dijalanan ibuku selalu memberikan makanan yang sudah disisihkan sebelum makanan itu kami jual, aku sering ngomel “kenapa ibu kasihkan padanya, lalu nita makan apa?” sambil cemberut, ibuku hanya tersenyum lalu dia duduk dihadapanku dan mengusap pipiku “kita masih punya makan sisa dari sahur tadi, sedangkan mereka tidak punya bekal, biar kita sama-sama makan ya?, nita kalau senyum lebih cantik” sambil tersenyum.

Saat sholat tarawih ibu mengajaku ke masjid dekat rumah, dan kau bilang “kita beribadah sambil silaturahim dengan yang lain”, dan di sepertiga malam, ibu membangunkanku dengan lembut, mengantarkanku berwudhu, memakaikanku mukena dan mengajaku untuk berdo’a, karena dengan dekat Allah kau akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan apapun, itu yang ibu katakan.

Dan saat takbir menjelang, ibu meminjam setrikaan dari tetangga untuk menyetrika bajuku, baju baruku saat hari raya tahun lalu, tapi aku tidak pernah iri dengan anak-anak yang lain yang membeli baju baru setiap hari raya, bahkan ada yang membeli sampai 3 baju. Karena ibu sering bilang “asal pake kerudung nita itu udah cantik”. Dan dibale kecil belakang rumah kami, ibu mengajariku membuat ketupat, padahal ibu selalu salah tapi kau tetap mengajariku dengan sabar.

***

Dan sekarang bagaimana nasibkuku? Sendirikah sampai hari kemenangan itu datang? Saat Nama-Nama indahMu diucapkan oleh orang-orang yang beriman, yang menggetarkan hati-hati para pencintaMu.

Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah ya Rabbi lindungilah diri ini dari syetan-syetan yang godaanya membuatku jauh dariMu, yang membuatku selalu menyalahkanMu, yang membuatku merindunya begitu besar bahkan lebih besar dari rinduku padaMu.

Aku menoleh pada jam dinding, menunjukkan pukul 02.40, Allahu Rabbi tanpa sadar banyak waktu yang sia-sia, waktu yang seharusnya digunakan untuk sujud syukur padaMu karena aku masih diberikan waktu untuk merasakan ramadahan kali ini, waktu yang seharusnya digunakan untuk memohon ampun karena bulan ini adalah bulan penuh ampunan.

Aku langsung beranjak dari tempatku, dan mengambil air wudhu, subhanallah air ini begitu menyejukan, bahkan menyejukan hati ini. Ampuni hambaMu ini Rabbi. Ku lanjutkan sujud-sujudku, dan disetiap sujudku ku menyampaikan salam rinduku pada ibuku tercinta, kelak kita akan bertemu disyurgaNya.

Sahur!! Sahur!! Terdengar anak-anak kecil keliling untuk membangunkan sahur pertama dalam bulan ramadhan. Aku duduk dibale kecil, yang dulu aku dan ibuku duduk bersama untuk sahur, tidak ada yang berbeda, masih ada lampu tempel itu, lauk pauk yang sengaja aku buat sama dengan masakan ibu dulu, yang membedakan hanya tidak ada ibu.

Tok!! Tok!! Tok!! Terdengar keras suara pintu, beranjakku langsung membukanya, dan aku terkejut saat aku membuka pintu dihadapanku ini adalah anak-anak yang dulu ibu sering memberikan makanan jualan yang ibu sisihkan, yang saat makanan itu diberikan pada mereka aku langsung ngambek, yang saat makanan itu diberikan mereka langsung memeluk ibuku, yang membuatku merasa iri.

Aku langsung menyuruh mereka masuk, dan mengajak mereka sahur bareng. Rumah tua ini seketika menjadi ramai dengan canda tawa mereka. “apapun yang terjadi, yakinilah Allah akan selalu memberikan yang terbaik untukmu” aku ingat kata-katamu ibu, dan sekarang Allah mengirimkan malaikat-malaikat kecil ini kerumah, menemani sahur pertamaku, padahal aku sempat menyalahkanMu, ampuni aku ya Rabbi atas prasangka-prasangka burukku padaMu, di bulan penuh ampunan ini, aku memohon ampun karena kunyakin Engkau Maha Pengasih lagi Maha Pengampun.

Dan aku berharap, keramaian rumah tua ini tidak sampai saat sahur selesai, tapi saat hari kemenangan itu datang. Bahkan sampai hari kemenangan yang abadi yaitu saat kita bertemu di jannahNya kelak.

Dan ku harus meyakini dalam hati ini, kalau Kau mengirimkan mereka untukku, sebagai tanda cintaMu padaku, ampuni aku ya Rabbi.

Minggu, 17 Juli 2011

Hati berkata


Aku ingin berlari

Tapi hati ini berkata

Dimana tanggung jawabmu?

Aku ingin menangis

Tapi hati ini berkata

Dimana kekuatanmu?

Aku selalu menyalahkan keadaan

Tapi hati ini berkata

Dimana rasa syukurmu?

Aku selalu merasa sendiri

Tapi hati ini berkata

Dimana kau tempatkan orang – orang yang mencintaimu?

Aku selalu merasa kesepian

Tapi hati ini berkata

Dimana kau tempatkan Robbmu?

Pandanganku tentang hidup begitu jauh

Mungkin sejauh ku meninggalkan Robbku

Ku terlalu angkuh dengan kehidupanku

Mungkin ku angkuh dengan Robbku

Ku terlalu sombong dengan apa yang ku tahu

Mungkin ku sombong dengan pengetahuan yang ku miliki, tanpa tahu bagaimana besarnya apa yang diketahui Robbku

Ku selalu merasa sempurna

Mungkin ku merasa sempurna dengan apa yang ku miliki, tanpa melihat sesempurna apa Rabbku

Tapi satu yang ku selalu merasa lemah

Kebenaran kata HATI

Satu yang ku yakini

Saat ku ingin berubah menjadi orang yang lebih baik

Orang – orang meninggalkanku, mencemoohku

Tapi satu yang ku yakini dalam hati

Bahwa Rabbku,.. bersamaku

Saat air mataku jatuh

Semua orang meremehkanku

Tapi satu yang ku yakini dalam hati

Bahwa Rabbkku mengusap air mataku, dengan cintaNya

Saat aku terjatuh

Semua orang menertawakanku

Tapi satu yang ku yakini dalam hati

Bahwa Rabbku,.. Akan menolongku dengan segala kebesaranNya

Saat aku ingin menjadi pribadi yang kuat

Banyak rintangan yang ku lalui

Banyak hambatan yang ku tempuh

Tapi satu yang ku yakini dalam hati

Bahwa Rabbku akan menunjukkan jalanNya untukku.

Saat fitnah itu datang kepadaku

Semua orang menghinaku

Tapi satu yang ku yakini dalam hati

Bahwa Rabbku,… mengetahui kebenaran itu

.

Saat semua orang tersenyum dengan kebahagiaannya,

Ku tersenyum, karena Rabbku,.. Memberikan kebahagianNya untukku

Saat orang – orang berjanji dengan harapannya

Maka aku berjanji dengan Robbku, dengan harapanku

Dan saat cinta itu datang kepadaku

Maka dalam hati ku meyakini, bahwa inilah janji Rabbku

Upgrading dan Evaluasi Akbar Bem Mahapropesi FPEB UPI

Cerpen Cinta itu hadir, dengan kekuatan hati

“Cintailah saudaramu, seperti kau mencintai dirimu sendiri”.

“Aku yang mengenalmu tanpa sengaja mencoba akrab denganmu, menjalani persaudaraan yang indah, melengkapi satu sama lain bersatu dengan ikatan ukhuwah. Dalam dekapan ukhuwah itu kita mengambil cinta menuju puncak dari segala hubungan, yaitu takwa. Dalam dekapan ukhuwah itu kita mengambil cinta dari langit lalu menyebarkannya di bumi, sungguh di syurga menara cahaya menjulang tinggi untuk saling mencinta”.

Untuk hati-hati yang saling menyatu karena cintaNya, cinta dari yang maha Pemilik Cinta. Cinta yang mengantarkan pada ketenangan di saat kegundahan, cinta yang mengantarkan rindu saat jauh, cinta yang mengantarkan air mata ini jatuh saat merindu, cinta yang mengantarkan pada keikhlasan untuk memberi, itulah cinta yang di ajarkan seorang yang menjadi qudwah, bagi para keluarganya, sahabat, dan dunia. Belajar untuk mencinta saudaranya, cinta karenaNya.

Itulah dasar, kenapa aku ingin menyebarkan cinta pada saudara semuslimku, cinta untuk menggapai cintaNya, cinta yang akan mengantarkan kami di syurgaNya kelak, bertemu dengan orang-orang yang saling mencinta, bertemu dengan wajah-wajah keikhlasan, ketenangan.

Awal bertemu dengan mereka, membuatku gugup, membuatku merasa tidak mampu, tidak mampu untuk menyebarkan cintaNya. Mereka datang, dengan wajah-wajah kekesalan, dan apapun kata yang menggambarkan ketidaksenangan. Aku mulai memperkenalkan namaku, mereka hanya diam, mungkin untuk apa mengenal namaku, pikir mereka. aku meminta untuk memperkenalkan diri masing-masing, dan jawabanya pun ketus. Dalam hati ini berkata, Rabbi inikah ujian dariMu karena amalan yaumiyahku kurang?, entahlah.

Dua sampai empat, dipekanan kita bertemu, mereka datang padaku sama dengan wajah-wajah seperti itu. Rabbi, salahku dimana?, inikah ujian dariMu untuk mengajarkan cinta itu. Aku mulai jenuh, lelah, marah, kesal dan masih banyak lagi, aku mulai membuka diskusi, dan merekapun mulai angkat berbicara, walaupun mereka berbicara keluh kesah mereka mengikuti pekanan, ya pekanan yang diwajibkan karena mereka mengontrak mata kuliah PAI, tentu tujuan mereka nilai. Sungguh, saat hati ini sedetik saja tak mengingatMu, syetan itu akan menggoda dari berbagai sisi. Bukankah, Rasulullah dalam menyebarkan cinta-cinta di bumi jahiliyah, tak pernah sedikitpun mundur? Sampai dilempari batu sampai berdarahpun, Rasulullah tak pernah sedikitpun putus asa, karena apa? Karena Rasulullah membawa cinta dari sang pemilik cinta, untuk mengajarkannya pada mereka. dan hasilnya luar biasa, pada waktu sholat semuanya berkumpul untuk bersujud padaNya, berkumpul dalam ikatan ukhuwah, sungguh indah ukhuwah itu, hadir sebagai pemberi nafas dalam keikhlasan.

Aku muali tertantang untuk mencari metode-metode pengajaran, aku mulai penasaran, sekeras apa hati mereka, sampai bacaan Qur’an pun mereka tak suka mendengarnya, bukankah yang menggenggam hati-hati itu sang pemilik hati? Buakankah Dia yang akan membolak-balikan hati itu? Maka aku mulai memperbaiki amalan-amalanku, ku perbanyak tilawahku, ku ingat wajah-wajah mereka disetiap sujudku.

Pekan kelima, ada yang berbeda dari mereka, mereka datang dengan wajah-wajah yang keceriaan, keingintahuan. Sungguh Rabbi, janjimu adalah benar. Biasa, aku mulai dengan membuka materi pekanan, tanpa di suruh mereka untuk bertanya, mereka mulai mengantri untuk bertanya. Apa yangm mereka pertanyakan? Tentang islam, mereka mulai terbuka, mereka bertanya dengan penuh keantusiasan. Apalagi saat mereka bertanya tentang kewajiban seorang akhwat untuk berkerudung. Sungguh, kebahagiaan yang tiada tara, yang tidak bisa ku ungkapkan, hanya Engkau yang tahu, tahu akan hati ini.

Setiap pekanan, mereka seperti itu, dengan jalan penuh semangat, dengan wajah keantusiasan. Ku sambut mereka dengan senyuman, dengan aku tidak boleh telat kepekanan, walau begitu aku tidak memungkiri, terkadang aku telat. Sampai suatu hari, aku pernah bertanya, untuk mengevalusai diri, bagaimana dengan sikapku? Cara bicaraku? Perilakuku? Dan jawabannya subhanallah, ada yang menjawab kalau aku menjelsakan materi itu seperti orang yang lagi berorasi, ada yang menjawab dan bahkan bertanya bagaiman aku bisa setiap pekanan dengan wajah yang begitu penuh semangat, dan jawaban dariku simple, aku jawab karena aku cinta karenaNya. Dan beragam jawaban mereka, tentangku. Ya Rabbi, andai saja mereka tahu aibku, kekuranganku, mungkin saat ini bukan pujian yang mereka lontarkan untukku, tapi cacian dan hinaan. Syukurku padaMu, karena Engkau masih menyimpan dan menutupi aibku ini, semoga ini bukan pujian tapi renungan untukku, untuk selalu memperbaiki diri dan dekat denganMu.

Sampai pada waktunya, kita untuk berpisah, karena sudah selesai pekanannya. Allah tahu apa yang terbaik bagiku, dan bagi mereka. tahu apa yang kita butuhkan, dan Allah itu mencinta proses. Subhanallah, maha suci Engakau ya Rabbi, yang awal aku bertemu dengan mereka, mereka mengacuhkanku pada saat aku berbicara, mereka menyudutkanku dengan pernyataan-pernyataan mereka dengan ketidaksukaan mereka dengan pekanan, tapi kini mereka menangis dihadapanku, menangis dengan kepolosan mereka, menangis dengan berharap agar aku bisa bersama mereka dipekanan lanjutan.

Dan mereka adalah, tutee-tutee pertamaku, banyak hal yang aku bisa belajar dari mereka. sampai aku teringat dengan perkataan kakak tingkatku, “jangan kau menuggu cerdas untuk mengajarkan, saat kau bisa huruf A maka ajarkanlah huruf A itu, dan jangan kau hanya belajar dengan mendengarkan, tapi belajarlah dengan mengajarkan, karena akan banyak makna tersendiri”, dan kini aku merasakannya.

Aku banyak belajar dari mereka, dari kehidupan mereka yang beragam. Mulai dari mereka yang anak mamah, sampai dari mereka yang belum bisa merasakan kehangatan dan cinta seorang ibu. Aku belajar untuk ikhlas dari ia yang diabaikan ibunya sejak kecil, aku belajar menerima dari ia yang kehidupan ekonominya kurang, aku belajar untuk semakin mencintai ibuku dari ia yang ibunya tidak mau jauh darinya, aku belajar sabar dari ia yang ditinggalkan ibunya sejak ia lahir dan belum sempat merasakan kehangatan cinta seorang ibu, aku belajar untuk bangkit dari keterpurukan dari ia yang pernah tersandung dengan kenakalan remaja, dan aku belajar juga merasakan cinta dan hiruk pikuk kehidupan mereka. Dan masih banyak hal lagi, yang bisa kupelajari.

Inilah janjiMu Rabbi, bisa jadi kita berdakwah hari ini, perubahan itu ada dimasa yang akan datang, entah dua atau tiga tahun lagi, dan mungkin lebih. Ada pelajaran tersendiri bagiku, mereka ada karena ada kita, mereka seperti itu bagaimana kita yang akan membawanya. Langkah ini, langkah saat aku datang kepekanan, begitu ringan dan penuh antusias, bukan aku yang menyemangati diriku sendiri, tapi ada penyemangat yang lebih membuatku jauh dari keputusasaan. Hanya Engkau pecinta sejati, dan penyemangat jiwa ini.

oleh Puspita Maelani

Minggu, 27 Februari 2011

Study Banding BEM MAHAPROPESI ke UHAMKA

Departemen Pendidikan BEM MAHAPROPESI FPEB UPI

(Surat Cinta Untuk Sang Aktivis, Musafir Hayat)

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tetapi dilihat dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang-orang yang ada disekitarnya. Pantang baginya mengumbar aurat, dan memamerkannya pada siapapun, kecuali pada pasangan hidupnya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan mempesona, tetapi dari lembut dan tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran. Dia yang senantiasa menjaga lisan dari segala bentuk dhibah dan namimah. Pantang baginya membuka aib saudara-saudaranya. Dia yang memahami dan merasakan betul jika Allah swt senantiasa mengawasi segala tindak-tanduknya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala berjalan, tetapi dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-persoalan. Dia yang senantiasa bersikap tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun, dimana dirinya berada. Tak ada perbendaharaan kata “cemburu buta” dalam kamus kehidupannya. Dia yang selalu merasa cukup atas nafkah yang diberikan suami kepadanya. Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia menghormati dan menyayangi orang-orang ditempat kerjanya, tetapi dilihat dari tata caranya menghormati dan menyayangi orang-orang dirumah dan sekitarnya. Dia yang jika dilihat menyejukan mata dan meredupkan api amarah. Baitii jannatii selalu berusaha dia ciptakan dalam alur kehidupan rumah tangga. Totalitas menyokong dakwah suami dan berdarmabakti mengurus generasi penerus yang berjwa rabbani.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memuji dan menaruh hati padanya, tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah dan Rasulullah. Pantang baginya mengikuti arus mode yang melenakan dan menyilaukan mata. Dia yang selalu menghindari sesuatu yang syubhat terlebih hal-hal yang di haramka-Nya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya air mata yang menitik, tetapi tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan. Dia yang pandai mengatur, membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Pancaran kasih saying melesat tajam dari tiap nada bicara yang keluar dari bibirnya. Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk selalu berbuat ikhsan kala ditempat umum maupun kala sendiri.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar dan luasnya wawasan tetapi tingginya ghirah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan.

Book Report

1. Karakteristik Buku

a. Judul Buku : Kisah Sukses Pembisnis Muslimah Indonesia ( Ummu Hamas )

b. Nama Penulis : Multitama Communication

c. Penerbit : Pustaka Al Kautsar

d. Tahun Terbit : Juli 2005

2. Isi Pokok Buku

Ummu Hamas yang mendapat julukan The Best Marketing Dannis, pada saat terjun di perusahaan Dannis dan sebagai anggota DPR II di Surabaya.

Ummu Hamas dilahirkan di Bengkulu pada 6 juli 1968, dari keluarga terpandang di daerahnya. Ayahnya seorang imam masjid dan tokoh agama. Nilai agama yang ditanamkan sejak dini oleh sang Ayah. Tak heran pada masa kanak-kanak Ummu Hamas sudah bisa menjadi Qori’. Darah kepemimpinan dari sang Ayahnya, ia warisi. Ini terbukti dari ia sering mendapatkan amanah dari organisasinya, dari mulai menjadi Ketua Osis sewaktu SMA dan UKM di kampusnya. Prestasi akademiknya pun diraihnya dengan cemerlang.

Saat lulus kuliah ia menikah dengan Amin Ak MM. Saat mempunyai anak pertama naluri untuk berbisnis mulai berkembang walaupun belum pernah ada hasil yang cukup signitifikan. Ketika berjualan majalah, kue terus gagal dan ia pun berfikir mungkin dagang bukan bakatnya. Dan dari orang tuanya pun, ia dilarang untuk berdagang.

Awal ia bergabung dengan Toko Dannis, saat ia membelikan baju muslim untuk anaknya dan tidak ada yang cocok, terus ia ditawari oleh temannya untuk membeli baju di Dannis. Dan ia pun mulai menjadi langganan di took Dannis. Sehingga tanpa ia ketahui, suaminya menawarkan pada pimpinan Dannis bahwa istrinya itu punya banyak link. Karena memang Ummu Hamas suka menjadi pemateri di seminar-seminar juga sebagai ustadzah.

Dan pertama kalinya ia membawa dagangannya pada saat ia mengisi seminar, dagangannya laku terjual. Dan setiap acara-acara ia menjual dagangannya, dan rsepon dari ibu-ibu dibilang luar biasa. Satu hal yang kemudian berusaha diterapkan olehnya yaitu total pada aktivitas yang ia jalani. Bukan kemudian ‘all out’ pada aktivitas yang mengharuskannya selalu berada disana, namun lebih pada pemikiran untuk memajukkan usahanya. Dan modalnya ia minta pada sang suami, yang kemudian modal itu berputar dan 3 bulan berikutnya ia bisa menjual 15.000 potong, yaitu sekita Rp 700.000 setahun. Mulai dari itu, banyak orang yang memberikan modal padanya. Satu hal yang membuat mereka menanamkan modal padanya, Karena uang yang mereka investasikan bisa kembali denagn keuntungan lebih besar daripada deposito bank. Dan tidak sedikit pula dari mereka menyarankan untuk membuat produk sendiri, menilai jangkauan pasarnya yang sudah luas.

Tidak sedkit kontribusi yang ia berikan untuk perkembangan Dannis. Salah satunya adalah dalam hal periklanan, menurutnya periklanan tidak bisa lepas dari usaha, walaupun awalnya ada yang tidak sepakat tetapi ia tetap mengiklankan produk Dannis di salah satu majalah islami, dan setelah iklan itu tersebar penjualan Dannis meningkat tiga kali lipat.

Pengalaman bisnis yang berkesan baginya adalah saat ia ditawarkan oleh salah satu EO untuk mengikutkan Dannis ketingkat internasional, dan singapuralah yang pertama kali mengenal produk Dannis. Dan saat di singapura Dannis terjual habis hanya dalam waktu singkat. Dari singapura akhirnya Dannis bisa mencoba terbang ke berbagai Negara lainnya, dan kesuksesan stand Dannis di event lainnya adalah di Malaysia, Brunei Darusalam, dan Australia karena dianggap cukup prospek. Namun dari setiap tawaran, tidak semua di ikutinya apalagi pada moment idul fitri stok Dannis terjual habis hanya di Indonesia saja.

Kiat jitu marketing baginya, saat ia berkomunikasi dengan para buyer non muslim, tentu tidak semudah dengan sesame muslim. Untuk beberapa hal, mungkin masih bisa dimaklumi. Namun, ada nilai yang berusaha ia tekankan ketika bertemu dengan para buyer yang rata-rata non muslim yaitu tidak merokok dan minuman keras dalam pertemuan. Walau begitu mereka tidak keberatan dan menghargai sosok Ummu Hamas. Yang jelas banyak berkah yang ia dapatkan, dan ia yakin bahwa muslimah bisa menggeluti bisnis seperti dirinya. Upaya yang dibutuhkan adalah sedikit belajar dan keberanian, itulah yang ia terapkan pada agen-agennya mulai dari pembinaan samapai menguasai modal dan memasarkan.

Gagal adalah perkara yang lumrah baginya, kegagalan yang pernah ia alami antara lain ketika ia didemo sewaktu menjabat sebagai ketua tingkat. Namun saat ia tahu bahwa yang berdemo adalah anak-anak nakal, hal itu bisa diatasi. Dalam bisnis ia pernah berganti buyer selama 3 kali, dan pernah pula uangnya dibawa lari oleh orang. Tapi ia tak pernah untuk dendam tetapi ia berusaha menjalin silaturahim dengan orang yang pernah menagmbil atau membawa lari uangnya. Dengan banyaknya kegagalan yang dialami disitulah talenta komunikasinya orang pun semakin terasah. Dengan cara pandang positif, ia mampu melalui kegagalan denagan ringan. kiatnya adalah bagaimana ia mengemas hubungan kekeluargaan menjadi hubungan dakwah.

Dan ia pun ditawarkan untuk mengelola modal orang lain pun mulai deras. Ketika ada yang mempunyai lahan untuk dikembangkan olehnya, dengan latar belakang pendidikannya maka iapun membangun sebuah PGTK islam, yang sekarang sudah mempunayi cabang di batu, malang. Walaupun diperingatkan bahwa bisnis sekolah tidak begitu menguntungkan, namun menurutnya justru inilah keuntungan yang sesungguhnya. Menurutnya bisnis akheratlah yang akan kelak mendapat balasan dari Allah SWT. Dan terbukti usahanya tidak sia-sia, mahasiswa yang belajar di PGTK sudah dibooking oleh sekolah PGTK yang ia bangun.

3. Model Proses Kewirausahaan

Sudah menjadi penilaian bagi orang Bengkulu yang merupakan kota industry mempunyai anggapan bahwa pekerjaan yang pas adalah pegawai negeri, sedangkan yang lainnya bukan dianggap suatu pekerjaan. Begitupun pola pikir kedua orang tuanya yang menginginkan ia menjadi seorang guru.

Tidak ada penyiapan dari kedua orang tuanya untuk menekuni dunia bisnis. Namun sosoknya berbeda denagn saudara-saudaranya. Ketika ia masuk kelas 3 SD, ia mewarisi bakat bisnis neneknya yang kebetulan tinggal serumah dengannya. Hal ini dilihat saat neneknyapergi kesuatu daerah, maka neneknya membawakan jagung marning yang kemudian dijual olehnya.

Begitulah hingga pemilik toko pun salut dengan etos kerjanya. Ketika masuk SMP, ia sudah tahu dunia remaja. Berkali-kali ia berjualan empe-empe yang dibuat oleh neneknya. Hingga waktu kuliah ia berjualan nastar, saat ada pengajian-pengajian. Walaupun terkadang orang yang membeli karena belas kasihan. Saat orang tuanya mengetahui ia berjualan ia diomelin oleh orang tuanya, tetapi ia tidak kapok dengan omelan-omelan orang tuanya, ia justru masih terus saja dengan usahanya mempertebal kantong. Kue nastar tetap dibuatnya bersama sang nenek walaupun harus dengan sembunyi-sembunyi dan menjajakannya ke pasar dan dibelakang rumah neneknya.

4. Kesimpulan

Setiap muslimah bukan lagi berkeluh kesah dan bergantung pada orang lain. Bahkan seharusnya menjadi pribadi yang mandiri, dan mampu menjadi pelindung bagi orang banyak. Walaupun hanya berpenghasilan sedikit, hal itu sudah merupakan bentuk kemandirian. Asal mau menggali potensi, kreatif, dan selalu berfikir, maka banyak hal yang dilakukan muslimah. Walaupun tidak mendapat dukungan dari orang tua, asal kita mau berusaha mencari dukungan dari yang lain, walaupun pada dasarnya dukungan yang terkuat itu adalah dorongan dari diri sendiri.

“Kehidupan adalah guru sekolah yang paling memberikan kesan” sebuah ungkapan tepat yang dimaknai dengan benar dalam menjalankan hidup. Menurut ummu hamas hanya sekian persen universitas itu memberikan sebuah ilmu kepada kita, setidaknya memiliki kemampuan untuk berfikir lebih dari orang lain. Namun menurut ummu hamas, harus ada cara pandang yang berubah terhadap hal ini yaitu dengan tidak menjadikan masuk perguruan tinggi itu sebuah prestasi. Kehidupan sebenarnya adalah setelah kuliah, yang apabila seseorang mampu melaluinya dengan baik, maka itulah yang disebut prestasi.

Dengan kemandirian maka muslimah akan banyak berbuat lebih untuk masyarakat, keluarga, anak-anak, dan dihadapan Allah SWT kelak. Amin

LOGO ASSALAM FPEB UPI


10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.

Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut :
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.

Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.

Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64
tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.

Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas

Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid

Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf.

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah.

Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.