
Seperti
cintanya Rasulullah pada dakwah, rintangan apapun, beliau lewati, hinaan apapun
beliau terima, sampai ia dilempari kerikilpun, beliau ikhlas. Karena dihati
beliau ada cinta, ada cinta dalam dakwah.
Sepertinya
cintanya Nabi Ibrahim, saat beliau beberapa kali bermimpi untuk menyembelih
putranya, Nabi Ismail. Dan beliau
meyakini, bahwa itu adalah perintah dari Tuhannya, maka dengan pengorbanan
seorang ayah yang mecintai putranya, beliau merelakan putranya untuk
disembelih. Itu adalah energi cinta yang, dengan pengorbanan terbaiknya.
Seperit
cintanya Abu Bakar Ashidiq, beliau rela di gigit lebah atau jenis hewan
lainnya, ketika melindungi Rasulullah dalam persembunyiannya, saat Rasulullah
hendak hijrah. Itu adalah pengorbanan cintanya pada Rasulullah.
Seperti
cintanya Salman Al Farizi, cinta untuk menemukan Tuhan yang maha esa, maka ia
berjalan dari negeri yang satu ke negeri lainnya, pergi meninggalkan kemewahan
dunia yang dimiliki oleh ayannya. Ia berguru dari pendeta satu ke pendeta
lainnya, sampai Allah pun menuntunnya bertemu Rasulullah.
Seperti
cintanya Ka’ab bin malik, seorang yang tertinggal saat perang Tabuk, karena
khilaf untuk sengaja tidak ikut pada perang Tabuk. Selepas Rasulullah kembali
ke madinah, maka ia pun menghadap, pikiran untuk ia berdusta, ia buangnya
jauh-jauh, ia jujur pada Rasulullah tentang ketidakikutsertanya ia pada perang
tabuk. Dan ia dihukum selama 50 hari, tidak disapa oleh kaum muslimin. Sampai
ada surat yang
datang dari kaum quraishy, untuk mengajaknya bergabung. Karena cintanya pada
Allah dan RasulNya, dan ia ingin bertobat. Maka ia membuang surat itu pada tong yang berisi api. Ia
menderita, seolah dibumiNya yang luas, ia hanya sendiri. Sampai ke hari 40-50,
ia diperintahkan untuk meninggalkan sementara istrinya. Sampai ada kabar bahwa
taubatnya diterima oleh Allah, maka semua muslim pada saat itu memberikan
selamat padanya, dan saat ia menghadap Rasulullah, Beliaupun memberikan
selamat. Maka sejak itu, ia mengabdikan dirinya untuk berbicara jujur sepanjang
hayatnya, memberikan sebagian hartanya untuk dakwah. Itu adalah cintanya, pada
Allah dan RasulNya. Cinta yang membuat ia kembali, saat khilaf melanda, cinta
yang ia bertahan selama 50 hari tidak ditegur oleh saudara semuslimnya.
Cintanya
kisah seorang pejuang Allah, yang mereka dalam satu tenda ada 5 orang yang
terkena pedang, dan mereka pun kehausan, sedangkan pada saat itu air hanya
cukup untuk 1 orang, dan mereka saling mendahulukan satu sama lain, sampai
akhirnya Allah benar-benar ingin bertemu dengan mereka, dan memberikan air dari
surgaNya, In Sya Allah. Dan itu pun karena cinta, cinta pada saudara seimannya,
pengorbanan itu salah satu bentuk cintanya, cinta dalam ukhuwah.
Itulah
cinta, dalam pemberian terbaik itu didalamnya ada pengorbanan, dalam pemberian
terbaik itu ketika ia berbelok, namun ia ingin kembali. Pemberian terbaik itu,
ada energi-energi yang tanpa kita sadari, kita mampu memberikannya.
Lalu
pertanyaannya, bagaimana dengan diri kita? Ada cintakah dihati kita? Sehingga tidak ada
lagi alasan, untuk kita memungkiri kebenaran, tidak ada lagi alasan untuk kita
lebih senang pada duniawi, tidak ada lagi alasan untuk kita tidak memberikan
yang terbaik, tidak ada lagi alasan untuk memelas meminta imbalan dari setiap
pengorbanan kita pada manusia, tidak ada lagi pertanyaan dalam hati untuk tidak
mematuhi perintahNya. Adakah cinta itu? Cinta yang membuat kita, memelas hanya
padaNya, menyandarkan semuanya hanya padaNya, dan tujuan kita hanya untukNya, dan
melibatkan Allah dalam apapun. Cinta yang kata Ust Anis Matta, adalah energi
berlebih, yang telah menyatu dengan semua yang ada pada tubuh kita, bahkan roh
kita.
Bukan,
bukan untuk menyandingkan cinta diri kita dengan Rasulullah, dengan para
sahabat, dengan para syuhada, dengan para pejuang yang menegakkan islam.
Apalagi untuk menyandingkan, baru membaca sejarah mereka pun, kita bukanlah
apa-apa, atau bahkan hanya butiran debu. Tapi, mereka adalah tauladan kita,
yang mengajarkan kita bagaimana caranya mencintai dan dicintai. Dan untuk
memberikan yang terbaik, untuk yang maha menciptakan segalanya, Allah.
Wahai Allah yang
telah meciptakan cinta
Wahai Allah yang
menggenggam hati
Wahai Allah yang
maha pengasih lagi maha penyayang
Wahai Allah yang
maha penuntun
Wahai Allah yang
maha berkehendak
Dengan segala
kekuasaanMu, tidak ada yang tidak mungkin,
Dengan segala
kebesaranmu, Engkau himpun hati-hati yang cinta padaMu, yang berdiri atas
mahabbahnya padaMu.
Dengan segala
petunjukMu, Engkau tampakkan dari segala yang tidak tampak, Engkau perlihatkan
dari yang samar.
Wahai Allah..
penggenggam hati..
Kuatkan hati
ini.. cinta ini.. dengan segala kebenaranMu
Dekatkan dengan
sesuatu yang akan mendekatkan kami padaMu
Jauhkan pada
sesuatu yang tidak Engkau ridhoi atas diriku
Sentuh hati
kami.. lembutkan hati kami.. tiupkan mahabbahMu pada kami.. agar ia mampu
merasakan kebenaran yang Engkau tampakan, baik yang tidak terlihat maupun
terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar